Sabtu, 20 Oktober 2012

Peran Sosiolog dalam Kehidupan Masyarakat

Peran Sosiologi dalam Kehidupan Masyarakat
1.      Sosiolog sebagai Ahli Riset
Para Sosiolog menaruh perhatian pada pengumpulan dan penggunaan data. Sosiolog bekerja sama dengan menggunakan berbgai cara. Misalnya sosiolog memimpin riset ilmiah dan kemudian mencari data tentang kehidupan sosial suatu masyarakat. Data itu kemudian diolah menjadi suatu karya ilmiah yang berguna bagi pengambilan keputusan. Dengan demikian, seorang sosiolog bisa menghadirkan ramalan sosial berdasarkan pola-pola atau kecenderungan serta perubahan-perubahan yang paling mungkin terjadi.
2.      Sosiolog sebagai Konsultan Kebijakan
Ramalan sosiolog dapat pula membantu memperkirakan pengaruh kebijakan sosial yang mungkin terjadi. Setiap keputusan kebijakan sosial adalah suatu ramalan. Artinya, kebijakan diambil dengan suatu harapan menghasilkan pengaruh yang diinginkan. Namun sering terjadi bahwa kebijakan yang diambil tidak memenuhi harapan tersebut. Contohnya apakah kebijakan pemberian santunan terhadap anak-anak miskin akan memperbaiki taraf kehidupan dan pendidikan mereka?.
3.      Sosiolog sebagai Teknis
Beberapa sosiolog terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan masyarakat. Mereka member saran-saran yang baik dalam penyelesaian berbagai masalah hubungan masyarakat, hubungan antarkaryawan, masalah moral maupun hubungan antar kelompok dalam masyrakat atau suatu organisasi. Dalam kedudukan tersebut sosiolog bekerja sebagai ilmuwan terapan. Mereka dituntut untuk menggunakan pengetahuan ilmiahnya dalam mencari nilai-nilai tertentu, seperti efisiensi kerja atau efektifitas suatu program atau kegiatan masyarakat.
4.      Sosiolog sebagai Guru atau Pendidik
Dalam menyajikan suatu fakta, seorang sosiolog harus bersikap netral dan objektif. Contohnya dalam menyajikan fakta tentang masalah kmeiskinn, seorang sosiolog tidak boleh menciptakan anggapan sebagai pendukung suatu proyek kegiatan tertentu, atau mengubahnya sehingga terkesan reformis, konservatif dsb.

Jumat, 19 Oktober 2012

Penerapan Pengetahuan Sosiologi dalam Kehidupan Masyarakat


Wawasan sosiologis adalah wujud dari pemahaman terhadap pengetahuan sosiologi terhadap kenyataan sosial. Wawasan adalah suatu sudut pandang atau suatu cara khusus untuk mengamati sesuatu dan menatanya sedemikian rupa sehingga menjadi bermakna dan dapat dipahami.
Beberapa wawasan sosiologis :
a.       Wawasan Masyarakat
Menurut Durkheim, masyrakat merupakan kenyataan yang objektif secara mandiri dan bebas dari individu-individu yang merupakan anggotanya. Kehidupan sosial dimengerti dalam sifat hakikat masyarakat itu sendiri.
b.      Wawasan Sistem Sosial
System sosial didefinisikan sebagai sebuah bentuk system yang paling mendasar, yaitu terdiri dari sejumlah aktor-aktor individu yang saling berinteraksi dalam situasi yang sekurang-kurangnya mempunyai aspek lingkungan atau fisik, aktor-aktor yang mempunyai motivasi dalam artian mempunyai kecenderungan untuk mengoptimalkan kepuasan, yang berhubungan dengan situasi yang didefinisikan dan dimensi  dalam sebuah term symbol bersama yang terstruktur secara cultural.
c.       Wawasan Kekuasaan dan Konflik
Wawasan kekuasaan dan konflik yang paling sederhana adalah gambaran tentang cirri dari kelas pekerja di Inggris. Gambaran tersebut adalah masyarakat terdiri dari mereka dan kita. Mereka yang membuat tuntutan melakukan pengendalian terhadap kita dan berwenang mengambil keputusan-keputusan.
d.      Wawasan Individualistik atau Fenomenologis
Perspektif individualistic lebih memperhatikan hal yang dianggap gejala sosial sehari-hari. Wawasan tersebut juga meneliti struktur yang bertitik tolak pada konstruksi individu terhadap dunia sosial, meliputi tingkah laku yang pantas atau layak, dan kierarki status dalam kehidupan sehari-hari. Wawasan fenomenologi melihat perspektif dan penafsiran oleh individu yang berpengaruh dalam masyarakat. Individu tidak hanya bertindak sebagai definisi tentang situasi, tetapi dalam tindakannya ia akan berusaha mempengaruhui orang lain agar menerima penafsiran terhadap situasi tersebut.


Pengendalian Sosial


1.      Pengertian pengendalian sosial
Menurut Berger, pengendalian sosial adalah cara yang digunakan untuk menertibkan anggota masyarakat yang membangkang.
Menurut Roucek, pengendalian adalah proses terencana maupun tidak tempat individu diajarkan, dibujuk, ataupun dipaksa untuk menyesuaikan diri pada kebiasaan dan nilai hidup kelompok.
2.      Jenis-jenis lembaga pengendalian sosial
a.       Lembaga Kepolisian, merupakan salah satu lembaga formal yang sejak awal dibentuk dalam rangka mengawasi semua bentuk penyimpangan terhadap hokum yang berlaku. Polisi merupakan personil keamanan dan ketertiban masyarakat yang bertugas menjadi pelindung terhadap ketertiban masyarakat.
b.      Lembaga Kejaksaan, merupakan lembaga formal yang bertugas sebagai penuntut umum, yaitu pihak yang mengajukan tuntutan terhadap mereka yang melakukan pelanggaran hokum berdasarkan tertib hokum yang berlaku.
c.       Lembaga Pengadilan, yang bertugas untuk memeriksa kembali hasil penyidikan dari kepolisian serta menindak lanjuti tuntutan dari kejaksaan terhadap suatu kasus pelanggaran.
d.      Lembaga Adat, pada masyarakat tradisional, bentuk-bentuk pelanggaran terhadap norma-norma adat masih banyak dilakukan oleh adat masyarakat itu sendiri. Oleh sebab itu penanganannya menjadi kewenangan dari lembaga-lembaga adat masyakat itu sendiri.
e.       Tokoh-tokoh Masyarakat, pengendalian sosial dapat dilakukan oleh pemuka masyarakat yang mempunyai pengaruh ataupun charisma untuk mengatur berbagai kegiatan masyarakat. Dengan demikian system ketertiban yang ada didalam masyarakat tersebut sangat di tentukan oleh peranan tokoh-tokoh masyarakat.

3.      Sifat-sifat pengendalian sosial
a.       Pengendalian sosial preventif, yaitu pengendalian sosial yang dilakukan sebelum terjadi pelanggaran. Tujuannya untuk mencegah terjadinya perilaku menyimpang.
b.      Pengendalian sosial represif, dilakukan apabila telah terjadi pelanggaran dan supaya keadaan pulih seperti sediakala.
c.       Pengendalian sosial gabungan, merpakan gabungan antara pengendalian sosial preventif dan represif. Perpaduan antara kedua sifat pengendalian sosial ini ditujukan untuk mencegah terjadinya penyimpangan sekaligus memulihkan kembali keadaan semula jika sudah terjadi penyimpangan.
d.      Pengendalian sosial persuasive, dilakukan melalui pendekatan dan sosialisasi agar masyarakat mematuhi norma-norma yang ada.
e.       Pengendalian sosial koersif,  bersifat memaksa agar anggota masyarakat berperilaku sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.

4.      Cara-cara pengendallian sosial
a.       Cemooh,
b.      Teguran
c.       Pendidikan
d.      Agama
e.       Gossip dan desas desus
f.       Ostrasisme
g.      Fraundulen
h.      Intimidasi
i.        Hokum

5.      Akibat tidak berfungsinya lembaga pengendalian sosial
Dengan tidak berfungsinya lembaga pengendalian sosial, maka kehidupan masyarakat akan mengalami kekacauan karena sesungguhnya di dalam masyarakat adan rantai system penciptaan ketertiban dalam masyarakat itu sendiri. Oleh karena salah satu system tidak berfungsi maka akibatnya akan diterima langsung oleh masyarakat berupa kekacauan-kekacauan.

Rabu, 17 Oktober 2012

kepribadian


1.      KEPRIBADIAN
a.      Pengertian Kepribadian
Menurut Theodore M. Newcomb, kepribadian merupakan organisasi sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang dari perilakunya.
Menurut Koentjaraningrat, kepribadian sebagai susunan dari unsur-unsur akal dan jiwayang menentukan tingkah laku atau tindakan sseorang individu.
b.      Factor-faktor pembentuk kepribadian
i.              Factor pembawaan,
adalah factor-faktor yang berupa bawaan leluhurnya. Bisa berupa bentuk fisik,warna kulit, tipe rambut, bentuk atau raut muka, postur tubuh, termasuk hal-hal yang bersifat abstrak seperti karakter, bakat, dan IQ.
ii.            Factor lingkungan fisik,
Akan mempengaruhi kepribadian seorang individu. Misalnya masyarakat yang tinggal di daerah subur maka akan memiliki kepribadian yang ramah, tenang, sabar.
iii.                Factor kelompok,
Sebuah kelompok dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian anggotanya, baik kepribadian yang sifatnya positif maupun yang negative, misalnya kelompok sepermainan.
iv.                Factor kebudayaan khusus
Setiap daerah memiliki karakteristik yang khas karena pengaruh kebudayaan yang dianut. Misalnya kepribadian masyarakat kota berbeda kepribadiannya dengan masyarakat industry maupun masyarakat tradisional.
v.                  Factor pengalaman yang unik
Kepribadian seseorang akan dipengaruhi oleh sejumlah pengalaman yang dilalui dalam hidupnya.

c.       Tahap-tahap perkembangan kepribadian sebagai hasil sosialisasi
i.                    Fase pertama, kepribadian seseorang dimulai kurang lebih pada usia 1-2 tahun yang ditandai dengan saat-saat seorang anak mengenl dirinya sendiri yang dibantu oleh orang-rang dewasa di lingkungan keluarganya.
ii.                  Fase kedua, merupakan fase perkembangan di mana rasa ego yang telah di miliki seorang anak mulai berkembang karakternya sesuai dengan tipe pergaulan yang ada dilingkungannya, termasuk struktur tata nilai maupun struktr budayanya.
iii.                Fase ketiga, kepribadian seseorang akhirnya mengalami suatu perkembangan yang relative tetap, yaitu dengan terbentuknya perilaku-perilaku yang khas sebagai perwujudan kepribadian yang bersifat abstrak.
2.      Hubungan antara Kepribadian, Sosialisasi, dan Kebudayaan
Dari bagan dibawah dapat dijelaskan bahwa masyarakat yang membentuk kehidupan bersama telah menghasilkan seperangkat kebudayaan yang terdiri dari 7 unsur yaitu bahasa, religi, kesenian, system ilmu pengetahuan, system teknologi, system mata pencaharian, dan organisasi sosial. Kebudayaan tersebut akan mempengaruhi kepribadian individu.

proses sosialisasi


a.      Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi dapat di artikan sebagai proses belajar individu untuk mengenal dan menghayati norma-norma serta nilai-nilai sehingga terjadi pembentukan sikap untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan atau perilaku masyarakatnya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sosialisasi berarti suatu prose belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat di lingkungannya.
Menurut Soerjono Soekanto, sosialisasi adalah suatu proses sosial tempat seseorang individu mendapatkan pembentukan sikap untuk berperilaku sesuai dengan perilaku orang-orang dalam kelompoknya.
b.      Media/ agen sosialisasi
Media sosialisasi sangat berperan dalam pembentukan kepribadian seorang individu. Media sosialisasi itu meliputi keluarga, kelompok bermain, sekolah, lingkungan kerja, dan media massa.
                                i.            Keluarga
Keluarga merupakan media awal dari suatu proses sosialisasi. Dalam keluarga, orang tua mencurahkan perhatian untuk mendidik anak agar anak tersebut memperoleh dasar-dasar pola pergaulan hidup yang benar dan baik melelui penanaman disiplin sehingga membentuk kepribadian yang baik bagi si anak.




                              ii.            Kelompok bermain
Kelompok bermain mencakup teman-teman tetangga, keluarga dan kerabat.
Peranan positif kelompok persahabatan bagi perkembangan kepribadian anak antara lain : rasa aman dan rasa dianggap penting dalam kelompok akan sangat berguna bagi perkembangan jiwa anak, perkembangan kemandirian remaja tumbuh dengan baik dalam kelompok persahabatan, remaja mendapat tempat yang baik bagi penyaluran rasa kecewa, takut, khawatir, gembira, dsb,




                            iii.            Lingkungan Sekolah
Di lingkungan sekolah, seseorang mempelajari hal-hal baru yang belum pernah mereka temukan, baik di lingkungan keluarga maupun kelompok bermain. Pendidikan formail mempersiapka seorang anak menguasai peranan-peranan baru di kemudian hari, manakala tidak lagi tergantung pada orang tuanya. Apabila seorang anak memasuki lingkungan sekolah, maka secara resmi ia menjadi anggota kelompok formal yang terikat aturan-aturan resmi dan dihadapkan pada norma-norma yang di ikuti secara teratur dengan sanksi tertentu.


                            iv.            Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja juga mempunyai pengaruh yang besar pada pembentukan kepribadian seseorang. Pengaruh llingkungan kerja tersebut pada umumnya mengendap dalam diri seseorang dan sukar sekali untuk diubah, apalagi jika yang bersangkutan cukup lama bekerja di lingkungan kerja tertentu, kemudian pindah ke lingkungan kerja lainnya, maka dia akan mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungn kerja yang baru.

                              v.            Media Massa
Media massa terdiri dari media cetak (surat kabar dan majalah) maupun elektronik (radio, televisi, dan internet), merupakan alat komunikasi yang dapat menjangkau masyarakat secara luas. Media massa di identifikasikan sebagai media sosialisasi yang berpengaruh terhadap perilaku khalayak.
Pesan yang ditayangkan melalui media elektronik dapat mengarahkan khalayak ke arah perilaku proposial maupun antisocial.


c.       Bentuk-bentuk sosialisasi
i.              Sosialisasi Primer, merupakan sosialisasi pertama yang dialami individu sewaktu kecil. Pada tahap ini anak mulai mengenal keluarganya, dan berlangsung sebelum si anak memasuki lingkungan yang lebih luas seperti lingkungan sekolah.
ii.            Sosialisasi sekunder, merupakan tahapan lanjutan setelah sosialisasi primer dimana disebur sebgai proses pencabutan identitas diri yang lama dan dilanjutkan dengan resosialisasi yaitu pemberian identitas baru yang didapat.

d.      Tahap-tahap sosialisasi
i.              Masa Anak-anak, menurut Herbert Mead menyebut proses meniru pada usia. awal ini dikenal dengan istilah preparatotry stage.
ii.            Masa Remaja, tahapan ini merupakan tahap lanjutan dari teknik bermain peran pada masa anak-anak. Seorang remaja tidak hanya meniru peran sesorang yang diidolakannya, tetapi sudah mengidentifikasi dirinya atau menyamakan.
iii.          Masa Dewasa, merupakan titik kulminasi yang paling optimal bagi seorang individu. Tidak semata-mata meniru, tetapi lebih kepada pola menyesuaikan diri.

penyimpangan sosial


a.      Pengertian Perilaku Menyimpang dan Antisosial
Perilaku menyimpang adalah suatu perilaku yang diekspresikan oleh seorang atau beberapa orang anggota masyarakat yang secara disadari atau tidak disadari, tidak menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku dan telah diterima oleh sebagian besar anggota masyarakat.
Menurut Robert M.Z. Lawang penyimpangan adalah tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu system sosial dan menimbulkan usaha dari pihak berwenang untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang atau abnormal tersebut.
b.      Teori-teori Penyimpangan Sosial
·         Teori differential association
Diciptakan oleh Edwin H. Sutherland yang berpendapat bahwa penyimpangan bersumber pada pergaulan yang berbeda. Dipelajari melalui proses alih budaya. Contoh proses menghisap ganja dan perilaku homoseksual.
·         Teori labeling
Seseorang telah melakukan penyimpangan pada tahap primer lalu oleh masyarakat sudah diberikan cap sebagai penyimpang, maka orang tersebut terdorong untuk melakukan penyimpangan skunder.
·         Teori merton
Perilaku menyimpang merupakan bentuk adaptasi terhadap situasi tertentu.
·         Teori fungsi
Kesadaran morl dari semua masyarakat adalah karena factor keturunan, perbedaan lingkungan fisik, dan lingkungan sosial.
c.       Bentuk-bentuk Perilaku Menyimpang
·         Penyimpangan primer, penyimpangan yang bersifat temporer atau sementara dan hanya sebagian kecil kehidupan seseorang.
·         Penyimpangan skunder, perbuatan yang dilakukan secara khas dengan memperlihatkan perilaku menyimpangan.
·         Penyimpangan individu, penyimpngan yang dilakukan oleh seorang individu dengan melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku.
·         Penyimpangan kelompok, yang dilakukan secara berkelompok dengan melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku.
·         Penyimpangan situasional, disebabkan oleh pengaruh bermacam-macam kekuatan situasional/sosial di luar individu dan memaksa individu untuk berbuat meyimpang.
·         Penyimpangan sistematik, suatu system tingkah laku yang disertai organisasi sosial khsus, status formal, peranan-peranan, nilai-nilai, norma-norma dan moral tertentu.
d.      Sifat-sifat Perilaku Menyimpang
·         Penyimpngan positif, penyimpangan yang mempunyai dampak positif karena mengandung unsure inovatif, kreatif, dan memperkaya alternative.
·         Penyimpangan negative, yang cenderung bertindak kea rah nilai-nilai sosial yang dipandang rendah dan berakibat buruk.
e.       Factor-faktor Penyebab Perilaku Menyimpang
v  Sikap mental yang tidak sehat
v  Ketidak harmonisan dalam keluarga
v  Pelampiasan rasa kecewa
v  Dorongan kebutuhan ekonomi
v  Pengaruh lingkungan dan media massa
v  Keinginan untuk dipuji
v  Proses belajar yang menyimpang
v  Ketidaksanggupan menyerap norma
v  Adanya ikatan sosial yang berlain-lain
v  Proses sosialisasi nilai-nilai subkebudayaan menyimpang
v  Kegagalan dalam prses sosialisasi
f.       Media Pembentuk Perilaku Menyimpang
v  Keluarga
v  Lingkungan tempat tinggal
v  Kelompok bermain
v  Media massa
g.      Contoh Perilaku menyimpang
v  Tindakan kriminalitas
v  Kenakalan anak
v  Penyimpangan seksual
v  Alkoholisme
v  Penyalahgunaan narkotika
v  Hubungan seksual sebelum menikah
v  Sadisme terhadap anak

Selasa, 16 Oktober 2012

SOSIALISASI

-->
PROSES SOSIALISASI
Proses sosialisasi adalah proses seseorang mempelajari cara hidup masyarakatnya dan menjadikan cara hidup itu bagian dari kepribadiannya. Sedangkan sosialisasi adalah cara belajar, atau suatu proses akomodasi, yag dipelajari nilai, norma, ide-ide, atau gagasan, pola-pola tingkah laku maupun adat istiadat.
A.    Sosialisasi membentuk kepribadian,
Kepribadian merupakan hasil proses perkembangan anak dalam interaksi dengan sekitarnya, terutama lingkungan social. Dalam kajian Sosiologi pendidikan menyaini bahwa proses sosialisasi dan internalisasi yang dialami oleh anak erat kaitannya dengan pertumbuhan kepribadiannya. Seseorang tidak akan pernah menjadi tanpa kontak dengan dunia sekitarnya, terutama masyarakat dan sosio budayanya. Sosialisasi merupakan proses perkembangan kepribadian seseorang. Hambatan pemebentukan kepribadian terletak pada pembinaan masyarakatnya secara selaras dan serasi dalam kehidupan dewasa.
Seseorang yang dilahirkan dengan potensi bertingkah laku dengan segala kemungkinannya yang akan bertemu dengan pola tingkah laku dalam lingkungan yang sedikit banyak terdapat batas-batas. Batas –batas tersebut berupa kebiasaan, norma, nilai yang dapat diterima dalam masyarakat. Tingkah laku yang dilakukan seseorang tidak hanya bersumber pada dapat tidaknya seseorang melakukan, akan tetapi juga pada diterima tidaknya seseorang melakukan itu. Lingkungan social mempunyai arti yang sanngat besar dalam pemunculan tingkah laku.

B.     Hakekat Sosialisasi
1.      Arti Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses yang dialami individu dari masyarakatnya yang mencakup kebiasaan, sikap, norma, nilai-nilai, pengetahuan, harapan, ketrempilan yang dalam proses tersebut ada control social yang kompleks sehingga anak terbentuk menjadi individu social dan dapat berperan sesuai dengan apa yang diharapkan masyarakat. Sosialisasi mmepunyai arti penting dalam pembinaan kepribadian agar seseorang dapat hidup conform dengan tuntutan kelompok dan kebudayannya. Proses tersebut berlangsung melalui komunikasi aktif individu dengan lingkunngan social budayanya.
2.      Tujuan Sosialisasi
Menurut Gertrude Jaager Selznik tujuan sosialisasi adalah :
·         Menanamkan disiplin dasar, yang bergerak dari kebiasaan yang sederhana sampai ilmu pengetahuan. Orientasinya kea rah masa depan sebagai tingkah laku disiplin.
·         Menanamkan, mengajarkan aspirasi-aspirasi bagaimana halnya pengajaran disiplin-disiplin tertentu. Yang nantinya akan membantu dalam menyelesaikan masalah dalam hidupnya.
·         Mengajarkan berbagai peran social, setiap anggota dalam kelompok bersikap sesuai perannya. Peranan tersebut erat kaitannya dengan hubungan seseorang dalam kelompok dan situasi social.
·         Mengajarkan ketrampilan-ketrampilan, tanpa memilki ketrampilan seseorang hanya akan member beban masyarakat tanpa anggotanya berkarya, menerapkan ketrampilan yang dimiliki.
3.      Proses Sosialisasi
Sosialisasi berkembang dari lingkungan yang terbatas dalam keluarga, semakin lama semakin meluas meliputi lingkungan-lingkungan social budaya di luar keluarga. Proses sosialisasi ini hanya dapat terjadi dalam interaksi social, oleh sebab itu kontak social dengan individu lain sangat diperlukan individu maupun kelompok. Dilan halnya sosialisasi berarti menanyakan masyarakat pada anggota-anggotanya, dilain pihak mengambil alih hal-hal yang terdapat dalam masyarakat itu ke dalam diri warganya. Erikson mengemukakan 8  tahap pertumbuhan manusia :
·         Kepercayaan (terhadap apa yang ada disekitar)
·         Otonomi (membuat keputusan)
·         Inisiatif (mencoba hal-hal baru, usaha kreatif)
·         Industry (berusaha produktif, kegiatan yang terarah)
·         Keakraban (kesanggupan saling berbagi berdasarkan tinggak perorangan)
·         Identitas (peran dan kontinuitas perorangan)
·         Generativitas (tanggung jawab terhadap orang muda)
·         Integritas( kelengkapan dan identifikasi dengan kebudayaan).
Gagalnya proses sosialisasi disuatu tempat disebabkan oleh proses ditempat  lain, asal saja terdapat lingkungan yang kondusif dan individu diberi kesempatan mengajak dan memperbaiki ketinggalan atau kegagalan disosialisasi dimasa yang lalu.
4.      Metode Sosialisasi
Metode yang biasa digunakan untuk mempengaruhi proses sosialisasi agar kebiasaan, nilai-nilai, norma-norma, aspirasi dan moral dapat terinternalisasi dalam diri individu dan menjadi bagian dari tingkah laku mereka sehari-hari :
a.       Metode ganjarn dan hukuman
Ganjaran merupakan pemberian hadiah apabila individu berhasil dalam melakukan tingkah laku yang diharapakan. Sedangkan hukuman merupakan sanksi ketika individu membuat kesalahan.

b.      Metode didactic dan teaching atau belajar mengajar, mengajarkan hal yang umum dan mentransfer ilmu pengetahuan selanjutnya menanamkan afeksi dengan berbagai cara agar memiliki kecerdasan emosional dan spiritual.
c.       Metode Pemberian contoh
Biasa diberikan dari orang dewasa terhadap yang belum dewasa. Pada masa anak dimulain dengan proses  imitasi, dan kemudian untuk
mengerti dan selanjutnya proses identifikasi.

SOSIALISASI DALAM KELUARGA DAN KEPRIBADIAN
A.    Pengertian Keluarga
        Keluarga adalah dua orang tua atau lebih  yang terhubung melalui ikatan perkawinan atau hubungan darah yang biasanya bertempat tinggal bersama. Keluarga dapat dibedakan menjadi dua yaitu (1) keluarga inti yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, (2) keluarga luas keluarga yang terdiri dari suami istri, anak, dan sanak family.
B.     Fungsi Keluarga
1.      Fungsi biologik, tempat anak lahir. Untuk meneruskan generasi suatu keluarga, komunitas maupun Negara dan umat manusia.
2.      Fungsi afeksi, tempat kasih sayang, yang diawali perkawinan.
3.      Fungsi sosialisasi, fungsi yang meekatkan secara secara universal pada system keluarga. Fungsi ini pwling dekat dengan pendidikan dalam keluarga.
4.      Fungsi rekreasi,
5.      Fungsi keagamaan
6.      Fungsi perlindungan


C.     Keluarga sebagai sumber nilai, sikap, dan norma
        Nilai adalah suatu kepercayaan yang stabil sebagai akibat dari  suatu peniaian bahwa suatu objek diingini secara social dan perorangan sebagai suatu tindakan yang baik, atau suatu gaya tindak yang memerlukan kedua gaya gerak itu kea rah objek dan kehendak selaras dengan kepercayaan. Pengakuan nilai secara khas terjadi sehubungan dengan wibawa keluarga, walau dapat terjadi konflik apabila anak masuk ke sekolah, lalu mulai mengakui wibawa guru yang berkaitan dnegan nilai. Jika terjadi konflik tersebut berarti terjadi ketidak selarasannya nilai yang ada di rumah dengan yang diperoleh disekolah.
        Sikap merupakan disposisi afaktif dari seseorang terhadap suatu objek tertentu, berdasarkan suatu kepercayaan mengenai objek itu, dan mempengaruhi terbentuknya kepentingan terhadap objek tersebut. Di dalam sosiologi lebih memperhatikan pada belajar secara tidak langsung. Bukan hal tersebut tidak langsung maka menjadi khas, akan tetapi cara tersebut dipakai oleh berbagai kelompok social dalam mempelajari sikap-sikap.
        Norma merupakan suatu peraturan yang menentukan kebiasaan, kelakuan, yang diharapkan dalam suatu keadaan tertentu. Anak-anak akan cepat sekali belajar norma di dalam keluarga. Norma juga merupakan hal yang diteruskan melalui proses belajar social dan sering dirangsang oleh adanya sanksi.
D.    Keluarga dan Perkembangan Kepribadian
        Sosialisasi merupakan suatu proses belajar yang baisanya dimulai di dalam lingkungan keluarga. Hal yang penting untuk belajar disuasana-sosial dan di sekolah, rasa percaya dan cinta, identifikasi, konsep diri dan bahasa.
a.       Rasa Percaya danRasa Cinta
Apabila anak mengalami asuhan secara teratur dan cukup dalam keluarga maka anak akan lebih mengharapkan perlakuan yang sama didunia sekitarnya. Dan sebaliknya apabila tidak maka anak akan mengembangkan rasa tidak percaya. Hal tersebut tergantung dati upaya mensosialisasikan anak dalam kelurga yang akan mempengaruhi tingkat kepercayaan diri. Lambat laun anak akan menaruh rasa cinta pada orang-orang terdekatnya yang telah mengasuh. Sehingga anak merasa kepuasan dalam berbagai keadaan, nyaman, tentram dan cenderung menerima nilai-nilai, sikap dan norma yang diberikan.
b.      Identifikasi
        Identifikasi adalah proses dengan itu sesseorang mendalami sikap-sikap dan nilai-nilai orang lain. Hal ini umunya terwujud dalam mengidentifikasi anak terhadap salah satu dari oranng tuanya. Sepanjang seorang anak nmengidentifikasi diri dengan orang tuanya, dan nilai-nilai orang tuanya memantulkan yang dianut masyarakat yang lebih luas, maka sosialisasi telah terjadi.
c.       Bahasa
        Bahasa pertama diajarkan dalam keluarga, keluarga tergolong dalam kelas social tertentu dan seringkali dalam kelompok-kelompok social yang dapat dikenal pada perbedaan logat bicara yang dipakai. Perbedaan bahwa yang diajarkan kepada anak merupakan tanda dalam golongan tempat seseorang itu telah disosialisasikan dan dapat merupakan suatu sarana dari sosialisasi tertentu. Dapat dikatakan, perbedaan logat berbicara seseorang dapat merupakan suatu indicator dari nilai-nilai dan norma-normanya. Sehingga cara bagaimana bahasa itu diajarkan terkait erat dengan kelas social anak.
d.      Konsep Diri
Konsep diri adalah suatu gagasan hipotesis, sesuatu yang digunakan untuk menerapkan kebiasaan yang dapat diamati tetapi diri sendiri tidak dapat mengamati secara langsung

sumber : Farida Hanum. 2011. Sosiologi pendidikan. Yogyakarta : Kanwa Publisher