Para Sosiolog menaruh perhatian pada pengumpulan dan
penggunaan data. Sosiolog bekerja sama dengan menggunakan berbgai cara. Misalnya
sosiolog memimpin riset ilmiah dan kemudian mencari data tentang kehidupan
sosial suatu masyarakat. Data itu kemudian diolah menjadi suatu karya ilmiah
yang berguna bagi pengambilan keputusan. Dengan demikian, seorang sosiolog bisa
menghadirkan ramalan sosial berdasarkan pola-pola atau kecenderungan serta
perubahan-perubahan yang paling mungkin terjadi.
2.Sosiolog
sebagai Konsultan Kebijakan
Ramalan sosiolog dapat pula membantu memperkirakan
pengaruh kebijakan sosial yang mungkin terjadi. Setiap keputusan kebijakan
sosial adalah suatu ramalan. Artinya, kebijakan diambil dengan suatu harapan
menghasilkan pengaruh yang diinginkan. Namun sering terjadi bahwa kebijakan
yang diambil tidak memenuhi harapan tersebut. Contohnya apakah kebijakan
pemberian santunan terhadap anak-anak miskin akan memperbaiki taraf kehidupan
dan pendidikan mereka?.
3.Sosiolog
sebagai Teknis
Beberapa
sosiolog terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan masyarakat. Mereka
member saran-saran yang baik dalam penyelesaian berbagai masalah hubungan
masyarakat, hubungan antarkaryawan, masalah moral maupun hubungan antar
kelompok dalam masyrakat atau suatu organisasi. Dalam kedudukan tersebut
sosiolog bekerja sebagai ilmuwan terapan. Mereka dituntut untuk menggunakan
pengetahuan ilmiahnya dalam mencari nilai-nilai tertentu, seperti efisiensi
kerja atau efektifitas suatu program atau kegiatan masyarakat.
4.Sosiolog
sebagai Guru atau Pendidik
Dalam menyajikan suatu fakta, seorang sosiolog harus
bersikap netral dan objektif. Contohnya dalam menyajikan fakta tentang masalah
kmeiskinn, seorang sosiolog tidak boleh menciptakan anggapan sebagai pendukung
suatu proyek kegiatan tertentu, atau mengubahnya sehingga terkesan reformis,
konservatif dsb.
Wawasan
sosiologis adalah wujud dari pemahaman terhadap pengetahuan sosiologi terhadap
kenyataan sosial. Wawasan adalah suatu sudut pandang atau suatu cara khusus
untuk mengamati sesuatu dan menatanya sedemikian rupa sehingga menjadi bermakna
dan dapat dipahami.
Beberapa
wawasan sosiologis :
a.Wawasan
Masyarakat
Menurut
Durkheim, masyrakat merupakan kenyataan yang objektif secara mandiri dan bebas
dari individu-individu yang merupakan anggotanya. Kehidupan sosial dimengerti
dalam sifat hakikat masyarakat itu sendiri.
b.Wawasan
Sistem Sosial
System
sosial didefinisikan sebagai sebuah bentuk system yang paling mendasar, yaitu
terdiri dari sejumlah aktor-aktor individu yang saling berinteraksi dalam
situasi yang sekurang-kurangnya mempunyai aspek lingkungan atau fisik, aktor-aktor
yang mempunyai motivasi dalam artian mempunyai kecenderungan untuk
mengoptimalkan kepuasan, yang berhubungan dengan situasi yang didefinisikan dan
dimensi dalam sebuah term symbol bersama
yang terstruktur secara cultural.
c.Wawasan
Kekuasaan dan Konflik
Wawasan
kekuasaan dan konflik yang paling sederhana adalah gambaran tentang cirri dari
kelas pekerja di Inggris. Gambaran tersebut adalah masyarakat terdiri dari mereka dan kita. Mereka yang membuat tuntutan melakukan pengendalian terhadap
kita dan berwenang mengambil keputusan-keputusan.
d.Wawasan
Individualistik atau Fenomenologis
Perspektif
individualistic lebih memperhatikan hal yang dianggap gejala sosial
sehari-hari. Wawasan tersebut juga meneliti struktur yang bertitik tolak pada
konstruksi individu terhadap dunia sosial, meliputi tingkah laku yang pantas
atau layak, dan kierarki status dalam kehidupan sehari-hari. Wawasan fenomenologi
melihat perspektif dan penafsiran oleh individu yang berpengaruh dalam
masyarakat. Individu tidak hanya bertindak sebagai definisi tentang situasi,
tetapi dalam tindakannya ia akan berusaha mempengaruhui orang lain agar
menerima penafsiran terhadap situasi tersebut.
Menurut Berger,
pengendalian sosial adalah cara yang digunakan untuk menertibkan anggota
masyarakat yang membangkang.
Menurut Roucek,
pengendalian adalah proses terencana maupun tidak tempat individu diajarkan,
dibujuk, ataupun dipaksa untuk menyesuaikan diri pada kebiasaan dan nilai hidup
kelompok.
2.Jenis-jenis lembaga pengendalian
sosial
a.Lembaga
Kepolisian, merupakan salah satu lembaga formal yang sejak awal dibentuk dalam
rangka mengawasi semua bentuk penyimpangan terhadap hokum yang berlaku. Polisi merupakan
personil keamanan dan ketertiban masyarakat yang bertugas menjadi pelindung
terhadap ketertiban masyarakat.
b.Lembaga
Kejaksaan, merupakan lembaga formal yang bertugas sebagai penuntut umum, yaitu
pihak yang mengajukan tuntutan terhadap mereka yang melakukan pelanggaran hokum
berdasarkan tertib hokum yang berlaku.
c.Lembaga
Pengadilan, yang bertugas untuk memeriksa kembali hasil penyidikan dari
kepolisian serta menindak lanjuti tuntutan dari kejaksaan terhadap suatu kasus
pelanggaran.
d.Lembaga
Adat, pada masyarakat tradisional, bentuk-bentuk pelanggaran terhadap
norma-norma adat masih banyak dilakukan oleh adat masyarakat itu sendiri. Oleh sebab
itu penanganannya menjadi kewenangan dari lembaga-lembaga adat masyakat itu
sendiri.
e.Tokoh-tokoh
Masyarakat, pengendalian sosial dapat dilakukan oleh pemuka masyarakat yang
mempunyai pengaruh ataupun charisma untuk mengatur berbagai kegiatan
masyarakat. Dengan demikian system ketertiban yang ada didalam masyarakat
tersebut sangat di tentukan oleh peranan tokoh-tokoh masyarakat.
3.Sifat-sifat pengendalian sosial
a.Pengendalian
sosial preventif, yaitu pengendalian sosial yang dilakukan sebelum terjadi
pelanggaran. Tujuannya untuk mencegah terjadinya perilaku menyimpang.
b.Pengendalian
sosial represif, dilakukan apabila telah terjadi pelanggaran dan supaya keadaan
pulih seperti sediakala.
c.Pengendalian
sosial gabungan, merpakan gabungan antara pengendalian sosial preventif dan
represif. Perpaduan antara kedua sifat pengendalian sosial ini ditujukan untuk
mencegah terjadinya penyimpangan sekaligus memulihkan kembali keadaan semula
jika sudah terjadi penyimpangan.
d.Pengendalian
sosial persuasive, dilakukan melalui pendekatan dan sosialisasi agar masyarakat
mematuhi norma-norma yang ada.
e.Pengendalian
sosial koersif, bersifat memaksa agar
anggota masyarakat berperilaku sesuai dengan norma-norma yang ada dalam
masyarakat.
4.Cara-cara pengendallian sosial
a.Cemooh,
b.Teguran
c.Pendidikan
d.Agama
e.Gossip
dan desas desus
f.Ostrasisme
g.Fraundulen
h.Intimidasi
i.Hokum
5.Akibat tidak berfungsinya lembaga
pengendalian sosial
Dengan tidak berfungsinya lembaga
pengendalian sosial, maka kehidupan masyarakat akan mengalami kekacauan karena
sesungguhnya di dalam masyarakat adan rantai system penciptaan ketertiban dalam
masyarakat itu sendiri. Oleh karena salah satu system tidak berfungsi maka
akibatnya akan diterima langsung oleh masyarakat berupa kekacauan-kekacauan.
Menurut Theodore M. Newcomb, kepribadian merupakan
organisasi sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang dari
perilakunya.
Menurut Koentjaraningrat, kepribadian sebagai
susunan dari unsur-unsur akal dan jiwayang menentukan tingkah laku atau
tindakan sseorang individu.
b.Factor-faktor
pembentuk kepribadian
i.Factor pembawaan,
adalah
factor-faktor yang berupa bawaan leluhurnya. Bisa berupa bentuk fisik,warna
kulit, tipe rambut, bentuk atau raut muka, postur tubuh, termasuk hal-hal yang
bersifat abstrak seperti karakter, bakat, dan IQ.
ii.Factor lingkungan fisik,
Akan
mempengaruhi kepribadian seorang individu. Misalnya masyarakat yang tinggal di
daerah subur maka akan memiliki kepribadian yang ramah, tenang, sabar.
iii.Factor kelompok,
Sebuah
kelompok dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian anggotanya, baik
kepribadian yang sifatnya positif maupun yang negative, misalnya kelompok
sepermainan.
iv.Factor kebudayaan khusus
Setiap
daerah memiliki karakteristik yang khas karena pengaruh kebudayaan yang dianut.
Misalnya kepribadian masyarakat kota berbeda kepribadiannya dengan masyarakat
industry maupun masyarakat tradisional.
v.Factor pengalaman yang unik
Kepribadian seseorang
akan dipengaruhi oleh sejumlah pengalaman yang dilalui dalam hidupnya.
c.Tahap-tahap
perkembangan kepribadian sebagai hasil sosialisasi
i.Fase pertama, kepribadian seseorang
dimulai kurang lebih pada usia 1-2 tahun yang ditandai dengan saat-saat seorang
anak mengenl dirinya sendiri yang dibantu oleh orang-rang dewasa di lingkungan
keluarganya.
ii.Fase kedua, merupakan fase perkembangan
di mana rasa ego yang telah di miliki seorang anak mulai berkembang karakternya
sesuai dengan tipe pergaulan yang ada dilingkungannya, termasuk struktur tata
nilai maupun struktr budayanya.
iii.Fase ketiga, kepribadian seseorang
akhirnya mengalami suatu perkembangan yang relative tetap, yaitu dengan
terbentuknya perilaku-perilaku yang khas sebagai perwujudan kepribadian yang
bersifat abstrak.
2.Hubungan
antara Kepribadian, Sosialisasi, dan Kebudayaan
Dari bagan
dibawah dapat dijelaskan bahwa masyarakat yang membentuk kehidupan bersama
telah menghasilkan seperangkat kebudayaan yang terdiri dari 7 unsur yaitu
bahasa, religi, kesenian, system ilmu pengetahuan, system teknologi, system
mata pencaharian, dan organisasi sosial. Kebudayaan tersebut akan mempengaruhi
kepribadian individu.
Sosialisasi dapat di artikan sebagai proses belajar
individu untuk mengenal dan menghayati norma-norma serta nilai-nilai sehingga
terjadi pembentukan sikap untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan atau
perilaku masyarakatnya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sosialisasi
berarti suatu prose belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan
menghayati kebudayaan masyarakat di lingkungannya.
Menurut Soerjono Soekanto, sosialisasi adalah suatu
proses sosial tempat seseorang individu mendapatkan pembentukan sikap untuk
berperilaku sesuai dengan perilaku orang-orang dalam kelompoknya.
b.Media/
agen sosialisasi
Media
sosialisasi sangat berperan dalam
pembentukan kepribadian seorang individu. Media sosialisasi itu meliputi
keluarga, kelompok bermain, sekolah, lingkungan kerja, dan media massa.
i.Keluarga
Keluarga
merupakan media awal dari suatu proses sosialisasi. Dalam keluarga, orang tua
mencurahkan perhatian untuk mendidik anak agar anak tersebut memperoleh
dasar-dasar pola pergaulan hidup yang benar dan baik melelui penanaman disiplin
sehingga membentuk kepribadian yang baik bagi si anak.
ii.Kelompok bermain
Kelompok
bermain mencakup teman-teman tetangga, keluarga dan kerabat.
Peranan positif
kelompok persahabatan bagi perkembangan kepribadian anak antara lain : rasa
aman dan rasa dianggap penting dalam kelompok akan sangat berguna bagi
perkembangan jiwa anak, perkembangan kemandirian remaja tumbuh dengan baik
dalam kelompok persahabatan, remaja mendapat tempat yang baik bagi penyaluran
rasa kecewa, takut, khawatir, gembira, dsb,
iii.Lingkungan Sekolah
Di
lingkungan sekolah, seseorang mempelajari hal-hal baru yang belum pernah mereka
temukan, baik di lingkungan keluarga maupun kelompok bermain. Pendidikan
formail mempersiapka seorang anak menguasai peranan-peranan baru di kemudian
hari, manakala tidak lagi tergantung pada orang tuanya. Apabila seorang anak
memasuki lingkungan sekolah, maka secara resmi ia menjadi anggota kelompok
formal yang terikat aturan-aturan resmi dan dihadapkan pada norma-norma yang di
ikuti secara teratur dengan sanksi tertentu.
iv.Lingkungan Kerja
Lingkungan
kerja juga mempunyai pengaruh yang besar pada pembentukan kepribadian
seseorang. Pengaruh llingkungan kerja tersebut pada umumnya mengendap dalam
diri seseorang dan sukar sekali untuk diubah, apalagi jika yang bersangkutan
cukup lama bekerja di lingkungan kerja tertentu, kemudian pindah ke lingkungan
kerja lainnya, maka dia akan mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri
terhadap lingkungn kerja yang baru.
v.Media Massa
Media
massa terdiri dari media cetak (surat kabar dan majalah) maupun elektronik
(radio, televisi, dan internet), merupakan alat komunikasi yang dapat
menjangkau masyarakat secara luas. Media massa di identifikasikan sebagai media
sosialisasi yang berpengaruh terhadap perilaku khalayak.
Pesan
yang ditayangkan melalui media elektronik dapat mengarahkan khalayak ke arah
perilaku proposial maupun antisocial.
c.Bentuk-bentuk
sosialisasi
i.Sosialisasi Primer, merupakan
sosialisasi pertama yang dialami individu sewaktu kecil. Pada tahap ini anak
mulai mengenal keluarganya, dan berlangsung sebelum si anak memasuki lingkungan
yang lebih luas seperti lingkungan sekolah.
ii.Sosialisasi sekunder, merupakan tahapan
lanjutan setelah sosialisasi primer dimana disebur sebgai proses pencabutan
identitas diri yang lama dan dilanjutkan dengan resosialisasi yaitu pemberian
identitas baru yang didapat.
d.Tahap-tahap
sosialisasi
i.Masa Anak-anak, menurut Herbert Mead
menyebut proses meniru pada usia. awal ini dikenal dengan istilah preparatotry stage.
ii.Masa Remaja, tahapan ini merupakan tahap
lanjutan dari teknik bermain peran pada masa anak-anak. Seorang remaja tidak
hanya meniru peran sesorang yang diidolakannya, tetapi sudah mengidentifikasi
dirinya atau menyamakan.
iii.Masa Dewasa, merupakan titik kulminasi
yang paling optimal bagi seorang individu. Tidak semata-mata meniru, tetapi
lebih kepada pola menyesuaikan diri.
Perilaku menyimpang adalah suatu perilaku yang
diekspresikan oleh seorang atau beberapa orang anggota masyarakat yang secara
disadari atau tidak disadari, tidak menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku
dan telah diterima oleh sebagian besar anggota masyarakat.
Menurut Robert M.Z. Lawang penyimpangan adalah
tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu system
sosial dan menimbulkan usaha dari pihak berwenang untuk memperbaiki perilaku
yang menyimpang atau abnormal tersebut.
b.Teori-teori
Penyimpangan Sosial
·Teori differential association
Diciptakan oleh Edwin
H. Sutherland yang berpendapat bahwa penyimpangan bersumber pada pergaulan yang
berbeda. Dipelajari melalui proses alih budaya. Contoh proses menghisap ganja
dan perilaku homoseksual.
·Teori labeling
Seseorang telah melakukan
penyimpangan pada tahap primer lalu oleh masyarakat sudah diberikan cap sebagai
penyimpang, maka orang tersebut terdorong untuk melakukan penyimpangan skunder.
·Teori merton
Perilaku menyimpang
merupakan bentuk adaptasi terhadap situasi tertentu.
·Teori fungsi
Kesadaran morl dari
semua masyarakat adalah karena factor keturunan, perbedaan lingkungan fisik, dan
lingkungan sosial.
c.Bentuk-bentuk
Perilaku Menyimpang
·Penyimpangan primer, penyimpangan yang
bersifat temporer atau sementara dan hanya sebagian kecil kehidupan seseorang.
·Penyimpangan skunder, perbuatan yang
dilakukan secara khas dengan memperlihatkan perilaku menyimpangan.
·Penyimpangan individu, penyimpngan yang
dilakukan oleh seorang individu dengan melakukan tindakan-tindakan yang
menyimpang dari norma yang berlaku.
·Penyimpangan kelompok, yang dilakukan
secara berkelompok dengan melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari
norma yang berlaku.
·Penyimpangan situasional, disebabkan
oleh pengaruh bermacam-macam kekuatan situasional/sosial di luar individu dan
memaksa individu untuk berbuat meyimpang.
·Penyimpangan sistematik, suatu system
tingkah laku yang disertai organisasi sosial khsus, status formal,
peranan-peranan, nilai-nilai, norma-norma dan moral tertentu.
d.Sifat-sifat
Perilaku Menyimpang
·Penyimpngan positif, penyimpangan yang
mempunyai dampak positif karena mengandung unsure inovatif, kreatif, dan
memperkaya alternative.
·Penyimpangan negative, yang cenderung
bertindak kea rah nilai-nilai sosial yang dipandang rendah dan berakibat buruk.
Proses sosialisasi adalah proses
seseorang mempelajari cara hidup masyarakatnya dan menjadikan cara hidup itu
bagian dari kepribadiannya. Sedangkan sosialisasi adalah cara belajar, atau
suatu proses akomodasi, yag dipelajari nilai, norma, ide-ide, atau gagasan,
pola-pola tingkah laku maupun adat istiadat.
A.Sosialisasi
membentuk kepribadian,
Kepribadian merupakan hasil proses
perkembangan anak dalam interaksi dengan sekitarnya, terutama lingkungan
social. Dalam kajian Sosiologi pendidikan menyaini bahwa proses sosialisasi dan
internalisasi yang dialami oleh anak erat kaitannya dengan pertumbuhan
kepribadiannya. Seseorang tidak akan pernah menjadi tanpa kontak dengan dunia
sekitarnya, terutama masyarakat dan sosio budayanya. Sosialisasi merupakan
proses perkembangan kepribadian seseorang. Hambatan pemebentukan kepribadian
terletak pada pembinaan masyarakatnya secara selaras dan serasi dalam kehidupan
dewasa.
Seseorang yang dilahirkan dengan potensi
bertingkah laku dengan segala kemungkinannya yang akan bertemu dengan pola
tingkah laku dalam lingkungan yang sedikit banyak terdapat batas-batas. Batas
–batas tersebut berupa kebiasaan, norma, nilai yang dapat diterima dalam
masyarakat. Tingkah laku yang dilakukan seseorang tidak hanya bersumber pada
dapat tidaknya seseorang melakukan, akan tetapi juga pada diterima tidaknya
seseorang melakukan itu. Lingkungan social mempunyai arti yang sanngat besar
dalam pemunculan tingkah laku.
B.Hakekat
Sosialisasi
1.Arti
Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses yang dialami
individu dari masyarakatnya yang mencakup kebiasaan, sikap, norma, nilai-nilai,
pengetahuan, harapan, ketrempilan yang dalam proses tersebut ada control social
yang kompleks sehingga anak terbentuk menjadi individu social dan dapat
berperan sesuai dengan apa yang diharapkan masyarakat. Sosialisasi mmepunyai
arti penting dalam pembinaan kepribadian agar seseorang dapat hidup conform
dengan tuntutan kelompok dan kebudayannya. Proses tersebut berlangsung melalui
komunikasi aktif individu dengan lingkunngan social budayanya.
2.Tujuan
Sosialisasi
Menurut
Gertrude Jaager Selznik tujuan sosialisasi adalah :
·Menanamkan disiplin dasar, yang bergerak
dari kebiasaan yang sederhana sampai ilmu pengetahuan. Orientasinya kea rah
masa depan sebagai tingkah laku disiplin.
·Menanamkan, mengajarkan
aspirasi-aspirasi bagaimana halnya pengajaran disiplin-disiplin tertentu. Yang
nantinya akan membantu dalam menyelesaikan masalah dalam hidupnya.
·Mengajarkan berbagai peran social,
setiap anggota dalam kelompok bersikap sesuai perannya. Peranan tersebut erat
kaitannya dengan hubungan seseorang dalam kelompok dan situasi social.
·Mengajarkan ketrampilan-ketrampilan,
tanpa memilki ketrampilan seseorang hanya akan member beban masyarakat tanpa
anggotanya berkarya, menerapkan ketrampilan yang dimiliki.
3.Proses
Sosialisasi
Sosialisasi berkembang dari lingkungan yang terbatas
dalam keluarga, semakin lama semakin meluas meliputi lingkungan-lingkungan
social budaya di luar keluarga. Proses sosialisasi ini hanya dapat terjadi
dalam interaksi social, oleh sebab itu kontak social dengan individu lain
sangat diperlukan individu maupun kelompok. Dilan halnya sosialisasi berarti
menanyakan masyarakat pada anggota-anggotanya, dilain pihak mengambil alih
hal-hal yang terdapat dalam masyarakat itu ke dalam diri warganya. Erikson
mengemukakan 8 tahap pertumbuhan manusia
:
·Kepercayaan (terhadap apa yang ada
disekitar)
·Otonomi (membuat keputusan)
·Inisiatif (mencoba hal-hal baru, usaha
kreatif)
·Industry (berusaha produktif, kegiatan
yang terarah)
·Keakraban (kesanggupan saling berbagi
berdasarkan tinggak perorangan)
·Identitas (peran dan kontinuitas
perorangan)
·Generativitas (tanggung jawab terhadap
orang muda)
·Integritas( kelengkapan dan identifikasi
dengan kebudayaan).
Gagalnya proses sosialisasi disuatu tempat disebabkan
oleh proses ditempat lain, asal saja
terdapat lingkungan yang kondusif dan individu diberi kesempatan mengajak dan
memperbaiki ketinggalan atau kegagalan disosialisasi dimasa yang lalu.
4.Metode
Sosialisasi
Metode yang biasa digunakan untuk mempengaruhi proses
sosialisasi agar kebiasaan, nilai-nilai, norma-norma, aspirasi dan moral dapat
terinternalisasi dalam diri individu dan menjadi bagian dari tingkah laku
mereka sehari-hari :
a.Metode
ganjarn dan hukuman
Ganjaran
merupakan pemberian hadiah apabila individu berhasil dalam melakukan tingkah
laku yang diharapakan. Sedangkan hukuman merupakan sanksi ketika individu
membuat kesalahan.
b.Metode didactic dan teaching atau
belajar mengajar, mengajarkan hal yang umum dan mentransfer ilmu pengetahuan
selanjutnya menanamkan afeksi dengan berbagai cara agar memiliki kecerdasan
emosional dan spiritual.
c.Metode Pemberian contoh
Biasa
diberikan dari orang dewasa terhadap yang belum dewasa. Pada masa anak dimulain
dengan proses imitasi, dan kemudian
untuk
mengerti
dan selanjutnya proses identifikasi.
SOSIALISASI DALAM KELUARGA DAN KEPRIBADIAN
A.Pengertian
Keluarga
Keluarga adalah dua orang tua atau
lebih yang terhubung melalui ikatan
perkawinan atau hubungan darah yang biasanya bertempat tinggal bersama.
Keluarga dapat dibedakan menjadi dua yaitu (1) keluarga inti yaitu keluarga
yang terdiri dari ayah, ibu, anak, (2) keluarga luas keluarga yang terdiri dari
suami istri, anak, dan sanak family.
B.Fungsi
Keluarga
1.Fungsi biologik, tempat anak lahir.
Untuk meneruskan generasi suatu keluarga, komunitas maupun Negara dan umat
manusia.
2.Fungsi afeksi, tempat kasih sayang, yang
diawali perkawinan.
3.Fungsi sosialisasi, fungsi yang
meekatkan secara secara universal pada system keluarga. Fungsi ini pwling dekat
dengan pendidikan dalam keluarga.
4.Fungsi rekreasi,
5.Fungsi keagamaan
6.Fungsi
perlindungan
C.Keluarga
sebagai sumber nilai, sikap, dan norma
Nilai
adalah suatu kepercayaan yang stabil sebagai akibat dari suatu peniaian bahwa suatu objek diingini
secara social dan perorangan sebagai suatu tindakan yang baik, atau suatu gaya
tindak yang memerlukan kedua gaya gerak itu kea rah objek dan kehendak selaras
dengan kepercayaan. Pengakuan nilai secara khas terjadi sehubungan dengan
wibawa keluarga, walau dapat terjadi konflik apabila anak masuk ke sekolah,
lalu mulai mengakui wibawa guru yang berkaitan dnegan nilai. Jika terjadi
konflik tersebut berarti terjadi ketidak selarasannya nilai yang ada di rumah
dengan yang diperoleh disekolah.
Sikap
merupakan disposisi afaktif dari seseorang terhadap suatu objek tertentu,
berdasarkan suatu kepercayaan mengenai objek itu, dan mempengaruhi terbentuknya
kepentingan terhadap objek tersebut. Di dalam sosiologi lebih memperhatikan
pada belajar secara tidak langsung. Bukan hal tersebut tidak langsung maka
menjadi khas, akan tetapi cara tersebut dipakai oleh berbagai kelompok social
dalam mempelajari sikap-sikap.
Norma
merupakan suatu peraturan yang menentukan kebiasaan, kelakuan, yang diharapkan
dalam suatu keadaan tertentu. Anak-anak akan cepat sekali belajar norma di
dalam keluarga. Norma juga merupakan hal yang diteruskan melalui proses belajar
social dan sering dirangsang oleh adanya sanksi.
D.Keluarga
dan Perkembangan Kepribadian
Sosialisasi
merupakan suatu proses belajar yang baisanya dimulai di dalam lingkungan
keluarga. Hal yang penting untuk belajar disuasana-sosial dan di sekolah, rasa
percaya dan cinta, identifikasi, konsep diri dan bahasa.
a.Rasa
Percaya danRasa Cinta
Apabila anak mengalami asuhan secara
teratur dan cukup dalam keluarga maka anak akan lebih mengharapkan perlakuan
yang sama didunia sekitarnya. Dan sebaliknya apabila tidak maka anak akan mengembangkan
rasa tidak percaya. Hal tersebut tergantung dati upaya mensosialisasikan anak
dalam kelurga yang akan mempengaruhi tingkat kepercayaan diri. Lambat laun anak
akan menaruh rasa cinta pada orang-orang terdekatnya yang telah mengasuh.
Sehingga anak merasa kepuasan dalam berbagai keadaan, nyaman, tentram dan
cenderung menerima nilai-nilai, sikap dan norma yang diberikan.
b.Identifikasi
Identifikasi
adalah proses dengan itu sesseorang mendalami sikap-sikap dan nilai-nilai orang
lain. Hal ini umunya terwujud dalam mengidentifikasi anak terhadap salah satu
dari oranng tuanya. Sepanjang seorang anak nmengidentifikasi diri dengan orang
tuanya, dan nilai-nilai orang tuanya memantulkan yang dianut masyarakat yang
lebih luas, maka sosialisasi telah terjadi.
c.Bahasa
Bahasa
pertama diajarkan dalam keluarga, keluarga tergolong dalam kelas social
tertentu dan seringkali dalam kelompok-kelompok social yang dapat dikenal pada
perbedaan logat bicara yang dipakai. Perbedaan bahwa yang diajarkan kepada anak
merupakan tanda dalam golongan tempat seseorang itu telah disosialisasikan dan
dapat merupakan suatu sarana dari sosialisasi tertentu. Dapat dikatakan,
perbedaan logat berbicara seseorang dapat merupakan suatu indicator dari
nilai-nilai dan norma-normanya. Sehingga cara bagaimana bahasa itu diajarkan
terkait erat dengan kelas social anak.
d.Konsep
Diri
Konsep diri adalah suatu gagasan
hipotesis, sesuatu yang digunakan untuk menerapkan kebiasaan yang dapat diamati
tetapi diri sendiri tidak dapat mengamati secara langsung sumber : Farida Hanum. 2011. Sosiologi pendidikan. Yogyakarta : Kanwa Publisher